Senin, 04 Agustus 2008
KPK, Hari ini dan ke Depan
KOMISI Pemberantasan Korupsi atau KPK adalah lembaga independen yang diberi tugas untuk memastikan bahwa pemberantasan korupsi benarbenar berjalan dengan baik dan pada tempatnya.Masalahnya adalah, pada saat ini KPK telah berubah menjadi sebuah “panggung” dengan dua aktor: Para pejabat KPK sebagai “Pandawa” dan mereka yang dipanggil, tidak peduli apakah hanya sekadar wawancara, saksi, atau tersangka, sebagai “Kurawa”nya. Setting hitam-putih ini sungguh pas untuk media massa Indonesia yang berada pada kondisi reformasi. Sebuah perspektif baru public exposure di media massa Indonesia, sebagaimana istilah sosiolog Irwing Goffman, “dramaturgi”. Semua dilihat sebagai suatu drama,dan yang menentukan “Pandawa” dan “Kurawa” adalah media massa.Media massa menjadi kebenaran dan seringkali tanpa ampun melakukan pembunuhan karakter (character assasination). Sebagai seorang guru,saya menyadari bahwa ada yang salah dalam hal ini. Pertama, mengapa sampai bisa terjadi, seseorang yang diundang ke KPK untuk dimintai informasi, bahkan informasi yang bersifat ilmiah, dalam waktu kurang dari 12 jam sudah mengalami character assasination tanpa bisa membela diri? Betapa luar biasa negeri kita yang tercinta ini. Kedua, mengapa KPK, dalam waktu sangat singkat, selama lima tahun terakhir mendadak menjadi sebuah panggung drama politik paling kesohor di negeri ini. Ketiga, apa yang harus kita lakukan untuk menjadikan upaya penanggulangan korupsi menjadi sebuah upaya yang semakin accountable atau semakin dapat dipertanggungjawabkan? Ada beberapa pemahaman untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas......... N e x t http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=8305&coid=3&caid=31 dan/ atau http://www.reformasihukum.org/konten.php?nama=Pemilu&op=detail_politik_pemilu&id=273 Pernah dimuat di koran Sindo tanggal 26 Juni 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar